Kamu Pembaca ke,

Minggu, 10 Juli 2016

Tentang Patah Hati

(02.27) Adik sepupu perempuan saya sudah jatuh cinta. Sudah jatuh, cinta pula. Inilah yang saya takut takutkan, ternyata terjadi. Dia patah hati.

Saya mengerti apa yang dirasakannya sekarang, apalagi dia baru mengenal dan ternyata langsung patah hati. Saya mengerti ini bukan hal yang mudah untuk seorang yang baru saja jatuh cinta, bahkan... untuk seorang senior yang sudah berkali kali patah hati pun, mereka masih melalui patah hati dengan kesulitan.

Ini bukan hal baik. Ini bahkan bisa menjadi buruk dalam kehidupannya kedepan. Malam malamnya. Jiwanya. Hancur. Berantakan. Patah hati bukan sekedar angin lalu, bisa jadi dia akan trauma karna hal ini.

Dia masih sangat kecil membicarakan cinta. Seusianya saya pun begitu, sangat ingin tahu menahu tentang cinta. Tentang apa itu cinta, bagaimana rasanya jatuh cinta, dan semuanya tentang cinta. Tanpa memikirkan, bagaimana akhir cinta? apakah bahagia?

Saya menanyakan, apakah kau benar benar menyukainya? jawabnya, "ya"
"bagaimana bisa? bukannya kalian hanya sahabat kecil?"
"karna dia baik dan perhatian kak" jawabnya polos.
NAH dia terkena si sosok SOK PERHATIAN. Di jaman sekarang ini perhatian di obral obralkan seperti tidak ada harganya, bukan perhatian biasa, kita tahu bagaimana seseorang dapat jatuh hati, karna perhatian yang luar biasa. Kita melihat sepertinya dia perhatian kepada kita saja, dan kita tertarik. Dan bodohnya kita, kita ditipu oleh daya tarik diri sendiri karna dia ternyata memberikan perhatiannya itu kepada semua perempuannya.

Saya bertanya kembali, "apakah kau sedih saat mengetahui bahwa dia bukan hanya perhatian kepadamu?", jawabnya "aku jujur kak, aku menangis"
Hati saya sakit mendengar itu, hati saya seperti tergoreskan luka juga, kenapa bisa ada laki laki yang tega menyakiti adik saya yang baru tau jatuh cinta ini, sahabatnya pula.

"apa mamak dan bapakmu tau kau menangis?"
"tau kak"
"lantas bertanya karena apa?"
"tanpa dijelaskan mereka sudah tau kak"
"lalu apa tanggapan mereka?"
"tidak ada"
Saya tau, disini bukan orang tua tidak mau beranggapan. Tapi saya mengerti, betapa sakitnya hati orang tua apalagi seorang bapak melihat anak perempuan yang dibesarkannya sepenuh cintanya disakiti hatinya oleh seorang laki laki tak bertulang rusuk. Tak punya hati.

Geram saya bertanya, "lantas apa yang kau lakukan setelah mengetahui semuanya hanya kebohongan?"
"merelakan kak..." jawabnya lirih.
Saya terdiam sejenak, tersenyum. Ternyata adik perempuan saya memang sudah dewasa dan memang saatnya mengerti cinta. Dia sudah mengerti dan dia tidak memaksakan. Walaupun saya tau, dia belum sepenuhnya rela. Tapi dia bisa sekuat hati menjawab seperti itu dan belajar merelakan. Saya bahagia mengetahuinya. Bahwa dia tidak rapuh walau dia sebenarnya diambang kehancuran. Dan dia mengerti segala yang ditakdirkan tidak akan pernah melewatkannya. Ikhlas dan merelakan. Ya, itulah kuncinya. Kunci untuk kita bisa bangkit ketika salah mencintai, kunci untuk kita selalu kuat walaupun kita tahu ada yang dicuri dan tak dikembalikan dari diri kita, hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar