Kamu Pembaca ke,

Kamis, 23 Juli 2015

Surat Untuk Seorang Teman Baik Dulu

(00.42) Kukira malamku hari ini bakal tenang dan aman. Tidak memikirkan apapun selain memikirkan bagaimana cara untuk lebih cepat terpejam. Malam malam sebelum kau memutuskan untuk mengakhiri semuanya, malamku tidak seberat ini walaupun sebenarnya kita sudah seperti tidak saling kenal. Tidak ada tegur sapa.

Kau tau awalnya aku merasakan pahit sekali, ketika kau memutuskan untuk tidak pernah mengenalku lagi karna alasan yang tidak harus aku jelaskan semua disini. Sebenarnya aku tak mengerti kenapa kau menjadi seperti ini dan sulit untukku menerima untuk mengakhiri persahabatan.

Sebelum mengatakan akhir kita sempat beradu, mengajarkan agama masing masing dan saling memaksakan kehendak tetapi aku semakin mengerti, bahwa perbedaan memang tidak bisa dipaksakan untuk dipadu-padankan. Karna kita adalah dua orang yang berkeyakinan namun bersimbol beda dan menyebut pencipta rasa dengan nama yang tak sama. Kita pun sudah berdiri pada dasar yang memang tak sama. Memang benar katamu, tak banyak yang dapat dilakukan selain mundur dan mengakhiri saja.

Aku tak akan pernah kecewa karna telah mengenalmu, tak akan pernah. Aku bersyukur karna Sang Maha Kuasa pernah mengizinkan kita untuk bersahabat. Meski pada akhirnya persahabatan kita berakhir karna gustava.

Kau tak usah takut dan resah, aku tidak apa apa. Kau benar, kau tak salah. Sekarang memang sudah saatnya berakhir. Aku memang harus banyak mendekatkan diri dengan Tuhanku, kau pun begitu dengan Tuhanmu. Berjalan masing masing diarah berlainan meski memiliki tujuan yang sama.

Selamat berhijrah, sahabatku.