Kamu Pembaca ke,

Selasa, 11 Maret 2014

Cinta Takkan Pernah Salah

Apa kau masih mengingat saat pertama kali kita bertemu? Semua masih ada didalam pikiranku, semua masih terlihat nyata meski pada akhirnya takdir membuatku harus kembali lagi menerima kenyataan pahit. Sendiri tanpamu. Aku meratapi kepergianmu dalam diam. Sama seperti caraku yang mencintaimu dalam diam dan bisu. Aku merasakan ada bagian dari hatiku yang hilang saat kini kau tak ada lagi bersamaku.

Saat yang kutakuti telah tiba, saat ketika aku benar benar harus menerima kenyataan bahwa kini tak ada lagi "kita". Sekarang hanya aku, minus dari dirinya. Dia pergi terlalu cepat dan aku terlalu bodoh terus menerus memikirkan dirinya. Seandainya aku bisa memilih, lebih baik aku tidak pernah mengenal dirinya. Tetapi aku harus berusaha meyakinkan diriku, bahwa sebuah cinta tersimpan dengan beberapa luka didalamnya, pasti ada bahagia. Aku percaya akan hal itu.

Kisahku mungkin tak seindah kisah orang orang yang bisa dengan mudahnya tersenyum bahagia bersama kekasihnya. Kisahku mungkin kisah yang tak seorang pun ingin merasakannya. Ketika cinta harus disandarkan pada pilihan, ketika iman yang berbeda yang membuatku harus menyudahinya. Mungkin aku terlalu sombong menutup hatiku sampai akhirnya aku tunduk pada cinta yang kau beri. Dan aku tak pernah mampu melepaskanmu, bahkan ketika Tuhan memutuskan takdir yang berbeda.

Begitulah cinta. Cinta tak pernah mau tau kepada siapa ia akan berlabuh. Entah kepadaku, entah kepada kau, entah kepada iman yang berbeda. Yang ku tahu, aku adalah tulang rusuk dari salah satu Adam yang Tuhan tunjukkan kepadaku. Aku percaya, akan ada orang yang bersamaku seiman dan lebih baik dari dirinya. Aku percaya karna cinta takkan pernah salah.